Pagi itu, ayah, ibu dan adik ketigaku berangkat pagi-pagi sekali untuk segera pergi ke sebuah tempat perkumpulan pemberhentian Bis Antar kota dan antar provinsi di daerah Jakarta Timur, tepatnya Terminal Kampung Rambutan. Tidak lain adalah untuk mengantar adikku kembali berjuang, mengadu nasib menjadi orang sukses di wilayah 'pinggiran' Jawa Barat. Jarak yang di tempuh tidak dekat, harus memakan waktu sekitar 7 sampai 8 jam di perjalanan jika macet tiba, tetapi jika jalanan lengang bisa ditempuh dengan jarak waktu yang cukup normal sekitar 5 sampai 6 jam.
Hanya ibuku yang pergi mengantar ia, karena hasil musyawarah dan pertimbangan ayah, bahwa ia akan pergi ke kantor hari ini, jadi ayah hanya bisa mengantar mereka berdua di terminal sana dan langsung segera menuju kantornya yang tidak jauh dari wilayah Jakarta Timur. Menggunakan mobil minibus seadanya yang penting memiliki kendaraan yang cukup untuk keluarga kami dan itu patut kami syukuri agar terbebas dari fatamorgana dunia.
Tinggal aku, adik bungsuku Zaidan dan salah satu orang yang sangat berjasa dalam membenahi segala pekerjaan rumah tangga agar ibuku merasa terbantu dengan tenaganya. Jadwalku hari ini tidak begitu padat, hanya mengikuti satu seminar kepenulisan di kampus dan itu bisa di tempuh dengan waktu yang singkat menggunakan sepeda motor. Aku menyelesaikan tugasku terlebih dahulu dan memang sudah menjadi kewajiban yang harus aku penuhi di rumah. Menyuapi adik bungsuku, beres-beres kamar, pakaian dan kegiatan rumah lainnya. Sehingga tidak terasa waktu sudah menandakan waktu seminar akan di mulai.
Dengan sigap, aku segera berlari mengambil handuk dan kemudian mandi dengan segala kecepatan yang aku miliki. Sedikit dandan, sarapan dan tentunya minum obat. Huft, kegiatan yang paling menyusahkan karena aku tidak suka.. Setelah itu, aku langsung bergegas untuk mengeluarkan motor dan segera di panaskan. Teringat pesan ayah sebelum ia berangkat pergi, agar aku segera membayarkan uang yang sudah ia kasih untuk kepentingan rumah, Listrik. Aku sempat terpikir, apakah harus kubayarkan dahulu sebe;um aku berangkat ke kampus atau setelah pulang dari seminar saja.
Karena, semangatku mengikuti seminar kepenulisan lebih kuat daripada membayar listrik rumah yang mungkin bisa di bayar di lain waktu (pikirku) aku memutuskan untuk pergi ke kampus terlebih dahulu.
Sesampainya di kampus, aku langsung pergi ke tempat yang aku maksud. Begitu sampai, panitia memberikan kertas regitrasi untuk pendataan dan ada snack kecil sebagai 'hadiah'nya.. Yess, dapet snack , hehe pikiran nakalku datang.. :)
Datang terlambat memang kurang berkesan. Pembicara sudah bicara ngalor-ngidul aku baru duduk, di bagian belakang pula. tak apalah. pikirku dalam hati
Aku duduk manis, menyimak setiap kata yang di Ungkapkan oleh Mas Boim Lebon, penulis terkenal dengan gayanya yang sangat humoris. Terkadang aku tertawa di buatnya. dan terakhir penampilan dari rekan-ekan panitia yang membuatku sedikit merinding.
Seminar selesai pukul 12.00 pm. Aku keluar ruangan dan tidak segera pulang, karena ada kegiatan menarik disana Bazar buku, hm.. sekedar melihat-lihat dulu lah sebentar. dan Yap !! Ada buku yang sangat menarik disana dan rasanya ingin aku bawa pulang tanpa membelinya, hehe. Karena waktu itu tidak cukup banyak aku membawa uang, ku urungkan niatku lagi untuk membeli buku bagus itu. hm.. sebuah kesempatan yang sangat tidak aku gunakan dengan sebaik-baiknya. Kulambaikan tanganku dan ku ucapkan salam perpisahan .. hehe
Ku nyalakan mesin dan capcus langsung ngebut meninggalkan kampus, karena aku teringan pesan Ayah untuk membayarkan uang yang di titipkan tadi.
Tibalah di rumah 'ibu' yang menangani pembayaran listrik. Aku kira tutup karena di depan pintu rumahnya tertulis " TUTUP" dan "MAAF, MESIN SEDANG RUSAK" . Tetapi aku coba untuk mengucap salam, dan setelah lama tak ada jawaban dan aku hampir berniat untuk pulang, tetapi terdengar suara kunci yang sedang di putar. Alhamdulillah ibunya masih ada.. dan memang benar mesinnya sedang rusak dan tidak bisa di pakai, kemungkinan senin baru bisa di pergunakan kembali.
tetapi, ia menawarkan pembayaran lain menggunakan jasa internet atau ATM , dan tetap sama saja karena struknya baru boleh di ambil di hari senin. Aku tidak berani untuk memutuskan sesuatu, aku meminta ibunya menunggu sebentar agar aku mencari dulu keputusan yang pasti dari kedua orangtuaku. Awalnya aku menghubungi ayah namun tidak ada jawaban, dan kemudian ku hubungi ibuku dan jawabannya menunggu keputusan ayahku sebagai kepala rumah tangga.
aku memutuskan untuk kembali ke rumah yang jaraknya hanya beberapa meter saja. sambil menunggu jawaban dari ayah yang sedari tadi tidak ada jawaban. mungkin sibuk. Pikirku
tak lama setelah sampainya dirumah, ada satu panggilan tak terjawabdan rupanya itu dari Ayahku. Ku coba memberikan pesan singkat untuknya. dan tidak lama, hp-ku berdering kembali..
Terjadi percakapan diantara aku dengannya. Setelah ku jelaskan mengapa hal ini bisa terjadi. Dalam suaranya ia terlihat kecewa, dengan sedikit nada yang agak tinggi ia memutuskan untuk mengakhiri perbincangannya denganku karena ia menginginkan aku tahu bahwa ini adalah kesalahanku. Kesalahan karena sikap dan tindakanku yang saat itu tidak sigap, cepat dan tangkap. Malah membuat kerugian bagi banyak pihak..
aku menyesal. Aku merasa aku adalah anak paling durhaka yang telah aku perbuat kepada mereka. Rasanya tidak setimpal dengan jasa mereka yang melakukan segalanya untukku dengan sangat sempurna. Hal sekecil ini pun, aku tidak mendapat kembali senyumnya ketika sesampainya di rumah..
Hm, suatu hal yang sangat fatal adalah ketika aku telah menghilangkan senyum mereka akibat ulahku sendiri..
Maafkan aku yah..
Hanya ibuku yang pergi mengantar ia, karena hasil musyawarah dan pertimbangan ayah, bahwa ia akan pergi ke kantor hari ini, jadi ayah hanya bisa mengantar mereka berdua di terminal sana dan langsung segera menuju kantornya yang tidak jauh dari wilayah Jakarta Timur. Menggunakan mobil minibus seadanya yang penting memiliki kendaraan yang cukup untuk keluarga kami dan itu patut kami syukuri agar terbebas dari fatamorgana dunia.
Tinggal aku, adik bungsuku Zaidan dan salah satu orang yang sangat berjasa dalam membenahi segala pekerjaan rumah tangga agar ibuku merasa terbantu dengan tenaganya. Jadwalku hari ini tidak begitu padat, hanya mengikuti satu seminar kepenulisan di kampus dan itu bisa di tempuh dengan waktu yang singkat menggunakan sepeda motor. Aku menyelesaikan tugasku terlebih dahulu dan memang sudah menjadi kewajiban yang harus aku penuhi di rumah. Menyuapi adik bungsuku, beres-beres kamar, pakaian dan kegiatan rumah lainnya. Sehingga tidak terasa waktu sudah menandakan waktu seminar akan di mulai.
Dengan sigap, aku segera berlari mengambil handuk dan kemudian mandi dengan segala kecepatan yang aku miliki. Sedikit dandan, sarapan dan tentunya minum obat. Huft, kegiatan yang paling menyusahkan karena aku tidak suka.. Setelah itu, aku langsung bergegas untuk mengeluarkan motor dan segera di panaskan. Teringat pesan ayah sebelum ia berangkat pergi, agar aku segera membayarkan uang yang sudah ia kasih untuk kepentingan rumah, Listrik. Aku sempat terpikir, apakah harus kubayarkan dahulu sebe;um aku berangkat ke kampus atau setelah pulang dari seminar saja.
Karena, semangatku mengikuti seminar kepenulisan lebih kuat daripada membayar listrik rumah yang mungkin bisa di bayar di lain waktu (pikirku) aku memutuskan untuk pergi ke kampus terlebih dahulu.
Sesampainya di kampus, aku langsung pergi ke tempat yang aku maksud. Begitu sampai, panitia memberikan kertas regitrasi untuk pendataan dan ada snack kecil sebagai 'hadiah'nya.. Yess, dapet snack , hehe pikiran nakalku datang.. :)
Datang terlambat memang kurang berkesan. Pembicara sudah bicara ngalor-ngidul aku baru duduk, di bagian belakang pula. tak apalah. pikirku dalam hati
Aku duduk manis, menyimak setiap kata yang di Ungkapkan oleh Mas Boim Lebon, penulis terkenal dengan gayanya yang sangat humoris. Terkadang aku tertawa di buatnya. dan terakhir penampilan dari rekan-ekan panitia yang membuatku sedikit merinding.
Seminar selesai pukul 12.00 pm. Aku keluar ruangan dan tidak segera pulang, karena ada kegiatan menarik disana Bazar buku, hm.. sekedar melihat-lihat dulu lah sebentar. dan Yap !! Ada buku yang sangat menarik disana dan rasanya ingin aku bawa pulang tanpa membelinya, hehe. Karena waktu itu tidak cukup banyak aku membawa uang, ku urungkan niatku lagi untuk membeli buku bagus itu. hm.. sebuah kesempatan yang sangat tidak aku gunakan dengan sebaik-baiknya. Kulambaikan tanganku dan ku ucapkan salam perpisahan .. hehe
Ku nyalakan mesin dan capcus langsung ngebut meninggalkan kampus, karena aku teringan pesan Ayah untuk membayarkan uang yang di titipkan tadi.
Tibalah di rumah 'ibu' yang menangani pembayaran listrik. Aku kira tutup karena di depan pintu rumahnya tertulis " TUTUP" dan "MAAF, MESIN SEDANG RUSAK" . Tetapi aku coba untuk mengucap salam, dan setelah lama tak ada jawaban dan aku hampir berniat untuk pulang, tetapi terdengar suara kunci yang sedang di putar. Alhamdulillah ibunya masih ada.. dan memang benar mesinnya sedang rusak dan tidak bisa di pakai, kemungkinan senin baru bisa di pergunakan kembali.
tetapi, ia menawarkan pembayaran lain menggunakan jasa internet atau ATM , dan tetap sama saja karena struknya baru boleh di ambil di hari senin. Aku tidak berani untuk memutuskan sesuatu, aku meminta ibunya menunggu sebentar agar aku mencari dulu keputusan yang pasti dari kedua orangtuaku. Awalnya aku menghubungi ayah namun tidak ada jawaban, dan kemudian ku hubungi ibuku dan jawabannya menunggu keputusan ayahku sebagai kepala rumah tangga.
aku memutuskan untuk kembali ke rumah yang jaraknya hanya beberapa meter saja. sambil menunggu jawaban dari ayah yang sedari tadi tidak ada jawaban. mungkin sibuk. Pikirku
tak lama setelah sampainya dirumah, ada satu panggilan tak terjawabdan rupanya itu dari Ayahku. Ku coba memberikan pesan singkat untuknya. dan tidak lama, hp-ku berdering kembali..
Terjadi percakapan diantara aku dengannya. Setelah ku jelaskan mengapa hal ini bisa terjadi. Dalam suaranya ia terlihat kecewa, dengan sedikit nada yang agak tinggi ia memutuskan untuk mengakhiri perbincangannya denganku karena ia menginginkan aku tahu bahwa ini adalah kesalahanku. Kesalahan karena sikap dan tindakanku yang saat itu tidak sigap, cepat dan tangkap. Malah membuat kerugian bagi banyak pihak..
aku menyesal. Aku merasa aku adalah anak paling durhaka yang telah aku perbuat kepada mereka. Rasanya tidak setimpal dengan jasa mereka yang melakukan segalanya untukku dengan sangat sempurna. Hal sekecil ini pun, aku tidak mendapat kembali senyumnya ketika sesampainya di rumah..
Hm, suatu hal yang sangat fatal adalah ketika aku telah menghilangkan senyum mereka akibat ulahku sendiri..
Maafkan aku yah..



0 comments:
Post a Comment