Aug 6, 2012

Pengalaman Puasa Ramadhan

Posted by Husnaa at 8:00 AM
Oleh : Husna Amaliah

Postingan kali ini saya menampilkan sebuah karya tulis fakta yang telah saya alami dua tahun terakhir ini. saya menulis ini bukan tanpa maksud, saya tengah mengikuti kegiatan menulis yang di selengggarakan oleh salah satu penulis akhwat yang sangat terkenal di Indonesia. salah satu bentuk kepedulian dan kemauan keras saya untuk dapat menekuni bidang ini. 
mohon maaf jika, banyak kesalahan dalam menulis. karena saya juga masih belajar.
Mohon komen dan sarannya yaa.. :)

Bismillahirrahmanirrahiem..
            Bulan yang penuh berkah. Keberkahan Ramadhan membuatku semakin rindu akan kehadirannya. Bahagianya aku saat Ramadhan itu tiba dan enggan berpisah meski semenit saja. Jika ku bisa memohon dan berharap, aku akan meminta agar disetiap umurku, aku masih bisa di beri kesempatan tuk menjalani hari dengan Bulan Ramadhan. Cinta kasih yang tulus murni menjadikan waktu dan hari yang terus berjalan semakin sangat bermakna dan terasa indah. Ada satu pengalaman yang tak bisa bahkan takkan mungkin aku lupakan, Dua tahun lalu, aku menjalani Ramadhan di sebuah Ranah damai nyiur melambai. Ranah itu dihiasi dengan ribuan pohon kelapa, pohon palem dan di sisi ranah yann terletak tidak jauh dari gerbang masuk ada sebuah danau yang airnya masih terlihat sangat bening sehingga ikan warna-warni di dalamnya, nampak jelas dari daratan. Suasana yang sangat selalu aku rindukan meski aku sudah tidak lagi menjajakan kaki disana, hanya saja sesekali aku mampir walau hanya untuk sekedar melepas rindu pada ranah.  Meskipun aku menjalani Ramadhan tanpa keluarga, namun Hari-hari Ramadhan-ku kala tak kalah menyenangkan bersama Sahabat dan para Asatidz dan astaidzah yang senantiasa memberikan warna baru dalam hidupku. Lembaran-lembaran berwarna kuning pekat pun mepercantik perjalanan Ramadhanku dengan mengkaji serta memahaminya. Subhanallah, nikamat yang tak pernah aku dapatkan.
                                                    
            Ranah itu hidup dan berdiri di lingkungan masyarakat sunda sejak tahun 1928. Tak terasa, sudah delapan puluh tahun lamanya dan masih tetap berdiri kokoh. Sedangkan dua tahun yang lalu, Aku menimba ilmu disana sudah dengan segala macam fasilitas yang mendukung sistem pembelajaran. Sebuah perjalanan yang tidak mudah tentunya. Dari Ramadhan ke Ramadhan, Alhamdulillah mulai menciptakan satu per satu kemajuan bagi ranah tersebut. Disana, ada peraturan baru yang di tetapkan khusus di bulan Ramadhan. Seperti target khatam Al-qur’an, Tahfidzul Qur’an, qiratul kutub, ifthar jama’I dan kegiatan keagamaan lainya namun aku dan para santri lainnya tidak selalu di tuntut untuk berdiam diri didalam kobong. Melakukan itu semua bisa di luar kobong bahkan di luar lingkungan pesantren. Aku sangat menyukai hal ini. Berbaur dengan lingkungan meskipun harus berlarian ke luar kobong. Karena, bukan berarti dengan adanya Ramadhan kita menjadi bermalas-malasan dkarena kondisi tubuh yang terasa lemas. Justru menurutku, dengan melakukan aktifitas yang super duper padat, aku akan mendapatkan banyak pengalaman berharga. Terlebih di Bulan Ramadhan ini, bisa sambil ngabuburit dan terasa nikmatnya saat adzan magrib menjelang.. oh, Subhanallah..
            Kegiatan di luar kobong itu meliputi lomba-lomba keislaman per asrama dan tentunya bazar Ramadhan yang membuat suasana menjadi hangat. Tahun lalu, aku di beri kesempatan untuk mencoba menjadi seorang pebisnis. Walau kecil-kecilan setidaknya aku mulai belajar menghitung pemasukan dan pengeluaran, laba bersih dan kotor, keuntungan dan kerugian, Alhamdulillah sedikit mulai mengerti bagaimana cara mengelola uang di pasaran. Ada delapan macam stand bazar bertenda biru keunguan disana. Semuanya di kelola oleh santri dan para Asatidz-Asatidzah dari beragai macam organisasi kepesantrenan dan sekolah. Pernak-pernik lucu, macam pakaian takwa dan tak ketinggalan kedai-kedia bernuansa timur tengah turut memeriahkan Bazar Ramadhan di Ranahh damai.

            Ramadhan sungguh jadi tak terasa. Lelah, letih dan tak bersemangat semuanya di tepis menjadi semangat yang menggelora dan semakin bersemangat untuk menjalani Ramadhan. Semangatku dimulai di awal tarawih sampai berbuka. Awalnya, aku menganggap aneh kegiatan ini. Shalat tarawih yang biasa dilakukan setelah isya, kini dilakukan di sepertiga malam secara berjamaah. Perjuangan yang sangat membutuhkan kesabaran dan keikhlasan. Jam dua pagi, aku harus bangun untuk melakukan shalat tarawih  dan berakhir pada jam tiga subuh dilanjut dengan melakkan sahur. Dengan terkantuk-kantuk berjalan menuju surau tetapi tak mengalahkan semangatku untuk terus melakukan amal kebaikan seperti apa yang di Firmankan Allah SWT dalam surat Ali Imran. Suasa hening dan sejuk itulah yang kurasakan saat itu. Mendengarkan lantunan Al-Quran dalam sembah sujud kepadanya dimalam yang pebuh dengan berlipat ganda amal kebaikan. Apalagi melakukanya dengan sahabat-sahabat tercinta.

            Setelah dua minggu lebih aku berkutat pada kegiatan diatas, tedengar kabar bahwa perpulangan iedh fitri sebagaimana pesantren-pesantren yang lainnya aku dan para sahabatku bergegas untuk merapihkan dan membersihkan segala macam yang di gunakan di stand, dan  sudah saat nya pembayaran sewa tenda. Mengingat perpulangan tinggal seminggu lagi, para pengurus disana beraksi mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru yang wajib di pebuhi bagi setiap santri. Awalnya, aku musti beli dlu satu map berwarna biru sebagai tanda bahwa aku adalah santri aliyah dengan harga yang sangat miring. Setelah aku tahu isinya adalah segala macam bentuk peraturan yang mesti dibereskan sebelum waktu perpulangan tiba, tanpa pikir panjang aku berlari menuju syu’unil idaarah untuk melunasi berbagai macam masalah kepesantrenan. Setelah itu aku harus menghafal Al-Quran dan jurumiyah untuk menjadi tiket perpulangan nanti. Namun, aku tak sesemangat dulu, aku sudah letih dan ingin segera pulang. Tetapi, salah satu temanku mengingatkan bahwa sesuatu yang akan kita raih itu tidaklah mudah, perlu perjuangan dan pengorbanan untuk mendapatkanya.

            Aku mencobanya lagi. Dengan bismillah dan disertai fokus aku dapat melunasi itu semua dalam satu hari. Alhamdulillah, sembuah kemudahan dari Allah yang telah aku dapatkan. Di balik hikmah ini semua aku dapat merasakan apa itu arti kesabaran, kesungguhan dan kebahagiaan. Syukran Ya Rabb, kau berikan aku kesempatan untuk menjalani Ramadhan di Ranah Indah Nyiur Melambai..

“ semilir angin, meniup daun nyiur, melambai seakan berkata
mengisahkan semangat menggelora, santri bertafakur belajar agama..
Ramadhan, izinkan aku memelukmu lagi “

3 comments:

Amir Mahmud said...

Alhamdulillah... Mantaap!! Jadi teringat kenangan saya di Ranah Damai 15 - 13 tahun yang lalu.. Subahanallah...

Husnaa said...

Hehehe, ini sedikit cerita pengalaman saya pak. Mungkin bapak juga bisa tuk share tentang pengalaman bapak saat berpuasa disana.. :)
Salam silaturrahim pak dari saya dan teman2 IKADA Jabodetabek..

Husnaa said...

iyaa.. maaf baru di rep ya komennya mba alfani..

 

m a l e e a Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review