Oleh : Husna Amaliah
Postingan kali ini saya menampilkan sebuah karya tulis fakta yang telah saya alami dua tahun terakhir ini. saya menulis ini bukan tanpa maksud, saya tengah mengikuti kegiatan menulis yang di selengggarakan oleh salah satu penulis akhwat yang sangat terkenal di Indonesia. salah satu bentuk kepedulian dan kemauan keras saya untuk dapat menekuni bidang ini.
mohon maaf jika, banyak kesalahan dalam menulis. karena saya juga masih belajar.
Mohon komen dan sarannya yaa.. :)
Bismillahirrahmanirrahiem..
Bulan yang penuh berkah. Keberkahan
Ramadhan membuatku semakin rindu akan kehadirannya. Bahagianya aku saat
Ramadhan itu tiba dan enggan berpisah meski semenit saja. Jika ku bisa memohon
dan berharap, aku akan meminta agar disetiap umurku, aku masih bisa di beri
kesempatan tuk menjalani hari dengan Bulan Ramadhan. Cinta kasih yang tulus
murni menjadikan waktu dan hari yang terus berjalan semakin sangat bermakna dan
terasa indah. Ada satu pengalaman yang tak bisa bahkan takkan mungkin aku
lupakan, Dua tahun lalu, aku menjalani Ramadhan di sebuah Ranah damai nyiur
melambai. Ranah itu dihiasi dengan ribuan pohon kelapa, pohon palem dan di sisi
ranah yann terletak tidak jauh dari gerbang masuk ada sebuah danau yang airnya
masih terlihat sangat bening sehingga ikan warna-warni di dalamnya, nampak
jelas dari daratan. Suasana yang sangat selalu aku rindukan meski aku sudah
tidak lagi menjajakan kaki disana, hanya saja sesekali aku mampir walau hanya
untuk sekedar melepas rindu pada ranah. Meskipun aku menjalani Ramadhan tanpa keluarga,
namun Hari-hari Ramadhan-ku kala tak kalah menyenangkan bersama Sahabat dan
para Asatidz dan astaidzah yang senantiasa memberikan warna baru dalam hidupku.
Lembaran-lembaran berwarna kuning pekat pun mepercantik perjalanan Ramadhanku
dengan mengkaji serta memahaminya. Subhanallah, nikamat yang tak pernah aku
dapatkan.
Ranah itu hidup dan berdiri di lingkungan
masyarakat sunda sejak tahun 1928. Tak terasa, sudah delapan puluh tahun
lamanya dan masih tetap berdiri kokoh. Sedangkan dua tahun yang lalu, Aku
menimba ilmu disana sudah dengan segala macam fasilitas yang mendukung sistem
pembelajaran. Sebuah perjalanan yang tidak mudah tentunya. Dari Ramadhan ke
Ramadhan, Alhamdulillah mulai menciptakan satu per satu kemajuan bagi ranah
tersebut. Disana, ada peraturan baru yang di tetapkan khusus di bulan Ramadhan.
Seperti target khatam Al-qur’an, Tahfidzul Qur’an, qiratul kutub, ifthar jama’I
dan kegiatan keagamaan lainya namun aku dan para santri lainnya tidak selalu di
tuntut untuk berdiam diri didalam kobong. Melakukan itu semua bisa di luar
kobong bahkan di luar lingkungan pesantren. Aku sangat menyukai hal ini. Berbaur
dengan lingkungan meskipun harus berlarian ke luar kobong. Karena, bukan
berarti dengan adanya Ramadhan kita menjadi bermalas-malasan dkarena kondisi
tubuh yang terasa lemas. Justru menurutku, dengan melakukan aktifitas yang super
duper padat, aku akan mendapatkan banyak pengalaman berharga. Terlebih di Bulan
Ramadhan ini, bisa sambil ngabuburit dan terasa nikmatnya saat adzan magrib
menjelang.. oh, Subhanallah..
Kegiatan di luar kobong itu meliputi
lomba-lomba keislaman per asrama dan tentunya bazar Ramadhan yang membuat
suasana menjadi hangat. Tahun lalu, aku di beri kesempatan untuk mencoba
menjadi seorang pebisnis. Walau kecil-kecilan setidaknya aku mulai belajar
menghitung pemasukan dan pengeluaran, laba bersih dan kotor, keuntungan dan
kerugian, Alhamdulillah sedikit mulai mengerti bagaimana cara mengelola uang di
pasaran. Ada delapan macam stand bazar bertenda biru keunguan disana. Semuanya
di kelola oleh santri dan para Asatidz-Asatidzah dari beragai macam organisasi
kepesantrenan dan sekolah. Pernak-pernik lucu, macam pakaian takwa dan tak
ketinggalan kedai-kedia bernuansa timur tengah turut memeriahkan Bazar Ramadhan
di Ranahh damai.
Ramadhan sungguh jadi tak terasa.
Lelah, letih dan tak bersemangat semuanya di tepis menjadi semangat yang
menggelora dan semakin bersemangat untuk menjalani Ramadhan. Semangatku dimulai
di awal tarawih sampai berbuka. Awalnya, aku menganggap aneh kegiatan ini. Shalat
tarawih yang biasa dilakukan setelah isya, kini dilakukan di sepertiga malam
secara berjamaah. Perjuangan yang sangat membutuhkan kesabaran dan keikhlasan.
Jam dua pagi, aku harus bangun untuk melakukan shalat tarawih dan berakhir pada jam tiga subuh dilanjut
dengan melakkan sahur. Dengan terkantuk-kantuk berjalan menuju surau tetapi tak
mengalahkan semangatku untuk terus melakukan amal kebaikan seperti apa yang di
Firmankan Allah SWT dalam surat Ali Imran. Suasa hening dan sejuk itulah yang
kurasakan saat itu. Mendengarkan lantunan Al-Quran dalam sembah sujud kepadanya
dimalam yang pebuh dengan berlipat ganda amal kebaikan. Apalagi melakukanya
dengan sahabat-sahabat tercinta.
Setelah dua minggu lebih aku
berkutat pada kegiatan diatas, tedengar kabar bahwa perpulangan iedh fitri
sebagaimana pesantren-pesantren yang lainnya aku dan para sahabatku bergegas
untuk merapihkan dan membersihkan segala macam yang di gunakan di stand,
dan sudah saat nya pembayaran sewa
tenda. Mengingat perpulangan tinggal seminggu lagi, para pengurus disana
beraksi mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru yang wajib di pebuhi bagi setiap
santri. Awalnya, aku musti beli dlu satu map berwarna biru sebagai tanda bahwa
aku adalah santri aliyah dengan harga yang sangat miring. Setelah aku tahu
isinya adalah segala macam bentuk peraturan yang mesti dibereskan sebelum waktu
perpulangan tiba, tanpa pikir panjang aku berlari menuju syu’unil idaarah untuk
melunasi berbagai macam masalah kepesantrenan. Setelah itu aku harus menghafal Al-Quran
dan jurumiyah untuk menjadi tiket perpulangan nanti. Namun, aku tak sesemangat
dulu, aku sudah letih dan ingin segera pulang. Tetapi, salah satu temanku
mengingatkan bahwa sesuatu yang akan kita raih itu tidaklah mudah, perlu
perjuangan dan pengorbanan untuk mendapatkanya.
Aku mencobanya lagi. Dengan
bismillah dan disertai fokus aku dapat melunasi itu semua dalam satu hari.
Alhamdulillah, sembuah kemudahan dari Allah yang telah aku dapatkan. Di balik
hikmah ini semua aku dapat merasakan apa itu arti kesabaran, kesungguhan dan
kebahagiaan. Syukran Ya Rabb, kau berikan aku kesempatan untuk menjalani
Ramadhan di Ranah Indah Nyiur Melambai..
“
semilir angin, meniup daun nyiur, melambai seakan berkata
mengisahkan
semangat menggelora, santri bertafakur belajar agama..
Ramadhan,
izinkan aku memelukmu lagi “
3 comments:
Alhamdulillah... Mantaap!! Jadi teringat kenangan saya di Ranah Damai 15 - 13 tahun yang lalu.. Subahanallah...
Hehehe, ini sedikit cerita pengalaman saya pak. Mungkin bapak juga bisa tuk share tentang pengalaman bapak saat berpuasa disana.. :)
Salam silaturrahim pak dari saya dan teman2 IKADA Jabodetabek..
iyaa.. maaf baru di rep ya komennya mba alfani..
Post a Comment