Oct 24, 2011

SILUET SENJA LAZUARDI

Posted by Husnaa at 10:28 PM
Sahabat..
mungkin ini adalah sebuah kisah pendek atau cerpen yang tidak seindah karangan Kang abik, tak semenarik AFRA dan tak seluwes Mba pipiet senja. Namun, ini adalah salah satu karya usahaku dalam bidang tulis menulis.
Cerpen ini dibuat bukan tanpa ketidaksengajaan loh.. hehe
tapi cerpen ini bermaksud untuk memenuhi prasyarat tuk mengikuti kegiatan kelas tulis menulis di FLP Ciputat-sekitar Kampus UIN SYAHID.. :)

dan Alhamdulillah Yah... sesuatu banget. Ini cepren eh cerpen dibuat sehari semalem (kejar tayang deh) dengan kata-kata yang masih cukup amburadul, jadi siapapu yang baca tulisan ini tolong kritik dan sarannya ya, tuk kemajuan aku dibidang tulis menulis pada khususnya.. okee

Cekidoot .. :)

Langit tampak tenang, tak ada tanda-tanda keramaian disana. Disertai dengan dinginya pagi yang masih buta, anginpun berjalan pelan menyibak dedaunan dan akar belukar, pertanda kedamaian pada langit yang masih gelap.

Ardi terbangun dari mimpinya. Sejenak matanya menatap langit kosong yang berada dalam kamarnya. Tak lama, matanya tertuju pada jam dinding hitam berukuran sedang yang terletak diatas pintu kamarnya. Ardi bangkit dari tidurnya, menuju kamar mandi dan bermain dengan Wudhu-Nya. Wajahnya basah, aliran Wudhu tadi belum mengeringkan wajahnya secara langsung. Ia mengambil sejadah panjang berwarna coklat tua yang sempat ia beli ketika singgah di Makassar dua tahun silam dan sarung tenun berwarna merah marun pemberian Almarhumah Ny. Zulaikha, Ibunda Ardi.

Takbirpun dilakukannya. Dalam hati, Ardi terhanyut dalam ayat-ayat Kauniyah yang ia panjatkan. Merasa dirinya paling hina dimata Tuhan, mengalir desah tasbih dan memperjelas lantunan ayat Cinta kepada Tuhannya. Ia menangis didalam sujud Tahajjud, memohon ampunan serta meminta agar kehidupan dunia akhiratnya tak lepas dari keridhoan Allah semata. Pelupuk matanya kembali basah saat ia kembali berdoa dengan tangan dan jiwa yang mengadah. Mensyukuri Nikmat yang tiada terhingga serta memohon ampunan didunia dan di akhirat. Tak lupa titipan doa untuk sang ibunda tercinta, semoga alam kuburnya diberikan penerangan Iman dan dijadikan menjadi termasuk orang-orang yang beramal shaleh yakni Jannatunna’iim.

Tak berhenti sampai disitu, ia kembali bermesraan denganTuhan sambil melantunkan ayat-ayatNya.
“tabaarakalladzii biyadihil mulku wahuwa ‘alaa kulli syaiin qadiir…” Ayat pertama dari surat Al-Mulk menjadi pembuka dari bacaannya. Suaranya terdengar merdu bagaikan alunan instrumental Kenny G bahkan lebih dari itu. Ditengah pagi buta dalam kehengingannya Ardi melengkapi sepertiga malam dengan lantunan ayat ayat cintaNya.



Ardi menutup kitab sucinya. Pertanda bahwa aktivitas bersama Tuhannya di sepertiga malam telah usai. Seperti biasa, setelah shalat Ardi selalu menyempatkan waktunya untuk membaca buku. Buku yang kali ini ia baca adalah bercerita tentang kisah cinta yang terhalang karena keterbatasan fisik. Pada halaman berikutnya, terdapat kertas kecil yang terselip berbentuk persegi panjang berwarna merah muda. Ardi membuka kertas itu, tertulis kata dengan menggunakan tinta merah. “Allah adalah Tuhan sang Pemilik cinta. Dimanakah seharusnya cinta itu berlabuh ketika hati dilanda cinta yang amat luar biasa?? Ya Allah, aku jatuh Cinta !! “
Ardi mengamati kata-kata itu, mngerutkan dahinya dan menghela nafas panjang. Ia baru sadar bahwa buku yang ia baca adalah buku pinjaman dari salah seorang teman perempuannya dikampus, Sella.
Sella terkenal orang yang ramah pada semua orang, bijak dalam bersikap meskipun baru dua tahun ia menjadi muallaf. Namun, semangat juangnya tak pernah berhenti dalam mempelajari dan memahami agama Islam. Badannya tinggi semapai, rambut hitam panjangnya selalu tergerai dengan indah. Matanya hitam bagaikan buah blueberry yang hampir masak, bibir kecilnya yang kemerahan serta sedikit lesung pipit yang terlihat ketika ia tersenyum menambah aura kecantikan pada dirinya. Tak kenal agama ketika membantu Orang lain yang butuh bantuan terhadapnya.
Setelah mengenal Islam, Sella selalu berjuang untuk hidupnya. Ia ingin agar hidupnya di Dunia bermanfaat untuk orang lain, membuat orang lain bahagia dengan kehadirannya. Dan menangis dengan kepergiannya hingga akhirnya dia berkenalan dengan Cinta. Disamping perjuangan untuk kehidupannya, ia juga menghabiskan waktu untuk memperjuangkan kehidupan keluarganya yang hampir retak. Sella adalah anak korban dari buah perceraian. Ia tinggal dengan pembantunya yang selama ini memotivasi hidupnya. Meskipun orang Tuanya mengirimkan bekal setiap hari untuk kelangsungan hidupnya dan pembantunya, Ia tidak pernah merasakan kebahagiaan. Karena kebahagiaan tidak bisa diukur dengan materi.
Ardi menghentikan bacaannya. Termenung dan larut pada bayangan seorang Sella. Ardi tak menyangka bahwa Sella adalah orang pertama yang berani meuliskan sebuah Cinta terhadapnya. Karena, tertulis dipojok kanan bawah surat tersebut ..


Untukmu, L a z u a r d i Alamsyah
Dari,


Yang baru mengenal Cinta,
Rossella Meilany


Ardi tersadar dari lamunannya, menghilangkan dengan paksa bayangan sella yang masih terdiam pada bayangannya. Ardi memohon ampunan pada Rabbnya. Ia tinggalkan buku itu dalam lamunan, dan segera melakukan aktifitas pagi karena Shubuh telah tiba dan warna langit sedikit memberikan sinarnya.

* * *



Ardi memakirkan motornya. Motornya yang saat ini sudah mulai sakit-sakitan. Tetapi, Uangnya belum cukup untuk memperbaiki motornya karena hanya satu-satunya kendaraan yang ia miliki untuk keberlangsungan hidup sehari-harinya.
Bagian mata kuliah pagi ini adalah belajar tentang kalkulus dan dosenya terkenal garang, sehingga akan dikeluarkan apabila tertangkap basah Terlambat dalam mata kuliah beliau. Ardi berjalan cepat, seraya mengucap basmalah dan yakin semua akan baik-baik saja. Namun, BRAAAAK !!! Ardi menabrak seseorang dari lawan arah. Ia terjatuh, makalah-makalah yang sudah tersusun rapi kini harus jatuh berhamburan dan sepatunyapun basah oleh Es Krim. Sungguh malang nian nasibnya Ardi.
“maaf, saya ga sengaja” orang yang menabrak ardipun membuka suara.
Ardi mengadahkan kepalanya, ternyata seorang perempuan yang menabraknya pada saat itu. Ia mencoba untuk melihat wajahnya untuk sedikit memberikan peringatan padanya. Perempuan itu masih sibuk membereskan makalah-makalah yang berjatuhan dilantai. Tak mengerti mana yang punya Ardi mana pula yang perempuan itu Punya.
“lain kali hati-hati, mbak. Sekarang saya jadi telat masuk kelas!” ardi memperjelas
Perempuan itu mengadah. Kekejutan antara Ardi dan perempuan itu sama. Mereka beradu pandang, seakan tak percaya. Kalau Allah akan mempertemukan dalam keadaan yang seperti ini.
“Ardi ?!?” Sella angkat bicara
“Ya … “ Ardi datar dan langsung menundukan wajahnya
“mm.. maaf, tadi saya ga sengaja. Saya ga lihat kalau tadi ada orang didepan saya” Sella menjelaskan
“ya, gapapa.. “
“ini tissue, untuk sepatu kamu yang basah. Es krim saya ternyata melukai sepatu kamu”
Ardi mengambil tissue itu dan membersihkannya dari sepatu yang masih terdapat sisa-sisa Es krim.
Saat Sella ingin bicara, namun..
“maaf, saya masih ada keperluan lain. Assalamualaikum”
“Waalaikum.. salam “ Sella lirih,
Ardi mempercepat langkahnya, dan menuju kelasnya. Dugaanya benar, kelas ditutup dan tak ada kesempatan baginya untuk masuk kelas. Ia merubah niat, kemudian ia habiskan waktu tuk browsing sambil menunggu pelajaran kalkulus selesai. Ditemani dengan murratal Qurannya sudais, ia membuka situs-situs diskusi mengenai Islam.

Dari kejauhan, Sella tampak memperhatikan gerak-gerik Ardi. Tatapan yang penuh arti bagi seorang Sella. Dibalik pohon tua dan besar Sella memperhatikan Ardi. Mengambil gambarnya dari kejauhan dan mengabadikan gambarnya dalam ponsel.

Ardi tampak asik dengan dunianya, sementara Sella hanya bisa mengagumi dari kejauhan. Sella sangat mengerti bagaimana sosok Ardi didalam kehidupannya. Ia bukanlah seorang cowok yang sembarangan. Memperlakukan wanita dengan sopan, bertutur kata yang jarang menyinggung perasaan serta kuat didalam sholat dan doanya. Sehingga ia terlihat lebih mencintai Tuhannya dari pada seorang wanita.

Adzan dzuhur berkumandang, Ardi segera menghentikan aktifitasnya. Menuju Masjid Al-Bayyinah yang berada disekitar kampus. Sella mengikutinya dari belakang dan mempercepat jalannya agar tak kehilangan jejak Ardi. Shalat berjamaah dzuhurpun dimulai, dengan Ardi sebagai Imamnya. Tak ketinggalan, Sellapun menjadi makmum dari Ardi.
Shalat usai, sebagian dari mereka ada yang melantunkan dzikir, shalat sunnah ba’diyah dan ada pula yang segera keluar dari masjid tuk melakukan aktifitas kembali. Sella belum terbangun adri duduknya. Ia menangis ditengah keramaian. Air matanya yang jatuh tak terasa telah membasahi pipinya. Dalam hati seraya berucap ..

“Ya Allah.. engkaulah pemilik Cinta yang hakiki. Namun saat ini hatiku berbicara mengenai Cinta. Terhadap kecintaanku pada seorang hamba yang Engkau ciptakan. Pesona ketampanan yang ia miliki adalah sebuah kelemahan bagiku Ya Rabb.. bagaimanakah seharusnya aku menata hati ini?? Aku Mencintainya ..”

Ardi bangkit dari duduknya bersamaan dengan Sella. Tanpa sengaja tatapan Ardi tertuju pada Sella. Sella menghindar karena matanya yang sedikit sembab. Ardi merasa heran, namun ia kembali meminta ampunan tuk yang kedua kalinya.
Langkah kaki Ardi berjalan pelan. Menuju kelas yang siang ini sudah menantinya. Namun langkahnya terhenti didepan mading kampus. Matanya tertuju pada selebaran ucapan selamat karena kampus memenangkan karya tulis berupa Puisi dan Artikel tingkat Nasional. Dan peraih kemenangan kampus berkat Rossella Meilany H. Ada perasaan kagum dan bangga pada saat itu, namun ia hanya tersenyum kecil.

Jam kuliahpun berakhir. Sella mencoba tuk menghampiri Ardi, namun sayang Ardi terlihat cepat meninggalkan kelas. Seperti kejadian awal Sella mengikutinya dari belakang. Ternyata, Ardi hanya tak ingin ketinggalan shalat berjamaah. Sellapun mengikuti jejak Ardi, mengambil Wudhu dan bersama-sama melakukan shalat Berjamaah.


Senja sebentar lagi menampakkan cahayanya. Ardi akan segera pulang.
Segera menuju parkiran, dan menstarter motornya. Sebelum berangkat, kembali Ardi temui kertas yang terselip diantara penjapit motornya. Berbentuk persegi panjang dan berwarna merah muda. “hhm.. persis dengan yang kutemui semalam, apakah ini ..” Ardi berbicara pada hatinya. Ia memberanikan tuk membuka surat itu ..

Dear Lazuardi
Assalamualaikum ..

Adakah kiranya seorang muslim tak mau mempererat silaturrahim dengan muslim yang lainnya ?? Atau karena aku seorang Muallaf yang tak mengerti apapun tentang Agamamu ??
Jika jawabanmu tak seperti itu, aku harap kamu meluangkan waktumu diperbatasan Senja untuk bersilaturrahim denganku ..


Wassalam,
Sella
Ardi tak percaya akan hal ini. Ternyata Sella memiliki hati yang sekuat karang. Ardi merasa sudah mendzolimi Sella yang ingin bersilaturrahim dengannya. Dalam urung hatinya, ia akan menemui Sella diperbatasan Senja.

* * *

“kukira lazuardi itu takkan datang” Sella memulai percakapan dan tak menghadapkan wajah kepada Ardi
“ ………..”
“lazuardi itu tak tampak saat ini. Yang tampak hanya angan-angan dan kebodohan semata. Sehingga Senja nampak tak indah “
“apa maksudmu ?!?”
Cahaya senja yang menjadi saksi atas percakapan mereka saat ini mulai tampak sangat jelas. Angin kencang dari Arah lautpun juga menjadi saksi bisu diantara mereka. Ombak yang berteriak dan burung-burung kecil yang menari diatas indahnya senja.
Sella membalikan badannya,
“kamu tahu Ardi, kenapa kamu ga memberikan aku kesempatan untuk berbicara sekali saja! Yang kamu pikirkan setiap hari adalah interaksi diantara kamu dengan Tuhan. Tak ada kesempatan bagiku untuk menjadi temanmu sekalipun!!

Apa karena aku beda?? Ya, aku memang Muallaf, di. Tapi asal kamu tahu, bahwa hatiku sudah sepenuhnya untuk Allah juga Islam. Aku belum bisa berkerudung, karena apa?? Aku sendiri belum bisa mengkerudungkan hatiku, di..
Aku pun mengerti, dimanakah sebaiknya Cinta itu berlabuh, di. Aku tahu !!! tapi kita diberikan Cinta oleh Sang Pemilik Cinta. Cinta itu fitrah yang setiap orang pasti memiliki rasa itu. Bohong jika kamu tidak memiliki rasa itu.” Sella sambil menangis.

“Aa.ku …”
“Ya, kamu memang tak pantas untuk aku dapatkan ..” sella memotong
Sella berbalik badan dan berkata,
“ aku memang benar mencintaimu, Ardi. Maafkan aku … “
Dengan suara lirih dan air mata yang menetes di pipinya.
Ardi hanya tertunduk terdiam dalam lamunannya. Suasana henig kecuali bunyi ombak yang terus berteriak. Sella tampak lelahdan sangat lega sudah mengeluarkan isi hatinya. Diam merunduk diatas pasir..
Langit senja itu hampir meninggalkan mereka. Burung yang berterbanganpun sudah memasuki alamnya. Tinggal Ardi dan Sella ditengah teriaknya ombak dan kencangnya angin.

Ardipun membuka suaranya
“saudariku Sella.. sungguh kulihat perbedaan dari dirimu. Perbedaan yang membuatku teramat kagum dibandingkan dengan perempuanperempuan yang aku kenal sebelumnya. Aku tak mempermasalahkanmu dengan keMuallafanmu. Justru aku bangga memiliki saudara seiman yang menjadi teman baruku.

Cinta itu memang fitrah yang Allah berikan kepada kita. Hanya letaknya saja yang berbeda. Ingin kita letakan pada jurang kehinaan ataukah ingin kita letakkan pada mangkuk kenikmatan syurga??
Jika memang kamu mencintaiku, izinkanku untuk mencintaimu juga … “
Sella terdiam .. tak lama, ia angkat kepalanya untuk memastikan. Menatap Ardi yang berdiri agak jauh darinya dan berkata pelan,
“kamu mencintaiku .. ?”

“Mari kita tempuh dengan cara yang Halal ..
Bidadariku …. “

Senja tak lagi menampakkan cahayanya. Burung-burung keluar dari sarangnya, menyaksikan kisah percintaan seorang hamba Allah yang memahami bagaimana seharusnya cinta itu berlabuh..
Ombak berjalan pelan, bertasbih kepada Yang Menciptakan..
Anginpun melambaikan kehangatan. Menyentuh rongga jiwa dan sanubari.
Puji syukur pada Tuhan, terpanjat selalu dari kedua insan yang mabuk karena Cinta.
Selalu ingin berbuat yang diridhoi oleh Tuhannya.






“ Cintailah Allah..
Maka.. akan kau temui yang mencintaimu Karena Allah juga .. “

0 comments:

 

m a l e e a Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review