Kerikil
Jika boleh
dibilang lebay, maka saya akan berkata bahwa hari ini adalah salah satu hari
yang sangat menguji kesabaran saya. Ketika saya harus mengetahui sebuah
kebenaran dari orang lain, pada saat orang terdekat saya tidak berkata jujur
terhadap saya, maka disinilah kejiwaan saya sedang di uji. Apakah saya harus
marah, kesal, kecewa, diam atau membiarkan?
Pilihan saya
untuk marah dan kesal pada saat ini membuat saya tidak merasa puas dan kurang
kejelasan akhir dari perjalanan kekesalan saya ini, karena sampai saat ini saya belum bisa
terima. Entah sampai kapan, yang jelas butuh seribu tahun untuk membangun
kepercayaan orang lain, tetapi hanya butuh waktu sedetik saja untuk
menghancurkannya.
Kondisi pada
akhirnya saya memaafkannya adalah saat ia berusaha untuk mengejar saya dan
menjelaskan semuanya dengan tujuan menghindari kesalah fahaman saya
terhadapnya. Mengklarifikasi apa yang
saya dengar dari orang lain dan secara gentle ia mengakui kekhilafannya
terhadap saya. Kesalahan apa? Sepele.
Salah satu
Bagian dari hidup saya untuk bertemu dengan jalan yang bergelombang bahkan
berlubang, saya mungkin akan terjatuh apabila melewatinya tanpa kehati-hatian.
Begitu juga dengan hidup, tidak semua berjalan mulus dan sesuai dengan apa yang
saya miinta sama Tuhan. Tuhan baru member saya kerikil-kerikil masalah untuk
dilalui sebelum Tuhan member batu besar yang mungkin saya akan menyerah untuk
melaluinya.. Sebagai hamba Allah yang bertaqwa kepada Tuhan-Nya berbuat
kebaikan terhadap sesama jauh lebih baik. Disakiti atau dikecewakan adalah hal
yang biasa dalam hidup. Itulah bumbu-bumbu kehidupan, agar saya mampu untuk
mengambil hikmah dalam setiap kejadian. Tugas saya adalah berbuat baik, jika
mereka berlaku jahat terhadap saya, maka urusanya dengan Tuhan…
Maleea


0 comments:
Post a Comment