Tema : Perjuangan Hidup Tokoh dan wataknya :
- Febri : Mandiri, Mudah bersosialisasi, sedikit licik
- Pak Harto : Pekerja keras, tak kenal lelah, keras kepala
- Lala : Pendiam dan gampang manangis
- Yudha : Sahabat Febri, setia kawan, Pelupa
- Tantri : Baik hati, pemimpi tinggi
Alur Cerita : Kehidupannya berubah ketika Febri mengenal Tantri, teman satu kampusnya. Perkenalan singkat yang terjadi antara Febri dan Tantri sudah menceritakan kisah tersendiri. Belajar bersama serta sering bertukar pikiran layaknya seorang sahabat, siap dalam keadaan suka maupun duka. Meskipun begitu, Yudha sahabat Febri sedari kecil selalu mengingatkan bahwa Tantri jangan dijadikan tempat bergantung tuk kehidupannya walaupun kekerabatan mereka terbilang sangat dekat. Namun, Febri menolak karena keadaannya akan berubah jika ia terus mendekati Tantri. Ada maksud jahat dibalik ketulusan persahabatan itu yang motifnya untuk meraup kekayaan Tantri.
Pak Harto, Ayah Febri merasa harga dirinya terinjak-injak ketika mengetahui bahwa anak sulungnya itu kini berani melakukan tindakan kriminal dibelakangnya. Berulang kali Febri dimintai keterangan lanjut oleh Polisi terkait tindakan kriminalnya yang kini meresahkan masyarakat setempat. Lala, Adik Febri kini hanya bisa menangis melihat keadaan kakaknya yang bisa berubah secepat itu setelah setahun Almarhum Ibunya tiada. Keadaanlah yang membuat Febri berubah serta ambisi yang kuat untuk merubah keadaan keluarganya. Karena Pak Harto, ayahnya, memang bukan pekerja yang berpenghasilan lebih, sehingga terbilang tak sanggup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hanya satu mimpi sederhana yang pak harto punya yaitu Hari Ini Bisa Makan. Penyelesaian Konflik: Mengetahui hal itu, Tantri tidak merasa tersakiti melainkan merasa prihatin pada kejadian yang dialami oleh Febri. Kondisi perekonomian yang kini tengah melanda Pak Harto dan keluarga menjadi konflik yang sulit untuk dicarikan jalan keluar sehingga mengambil jalan tercepat tanpa memperdulikan segala resikonya. Beruntung, Febri hanya dikenakan hukuman ringan walapun terpaksa harus meninggalkan keluarganya. Sebagai ajang penyadaran diri seorang manusia untuk tidak berbuat semena-mena terhadap orang lain. Tantri mendapati kata maaf yang sebesar-besarnya dari mulut Febri setelah ia bebas dari vonis. Rasa penyesalannya terlihat begitu besar ketika kata maaf itu mendarat di telinga Tantri. Beruntung Tantri bukan termasuk orang yang memiliki dendam kesumat, ia tetap menaggapi sebuah pemaafan yang dilakukan oleh Febri dengan sebuah senyuman. Meski begitu, Tantri tetap memberikan arahan kepada Febri, bahwa tindakannya ini salah dan berharap untuk tidak melakukannya lagi oleh dan dengan siapapun.



0 comments:
Post a Comment